Sunday, December 4, 2011

Diskontinuitas Mohorovicic (Mohorovicic Discontinuity)

Apakah Yang Dimaksud Dengan Diskontinuitas Mohorovicic?

Diskontinuitas Mohorovicic adalah batas antara Kerak Bumi dan Mantel Bumi. Dalam ilmu geologi, istilah ‘diskontinuitas’ digunakan untuk menunjukkan lapisan imaginer yang menjadi batas perubahan cepat rambat gelombang seismik (lihat garis merah pada gambar di samping). Pada Kerak Samudera, lapisan ini berada pada kedalaman sekitar 8 kilometer. Sedangkan pada Kerak Benua, pada kedalaman sekitar 32 kilometer. Pada diskontinutas ini, gelombang seismik berakselerasi. Lapisan imaginer inilah yang disebut Diskotinuitas Mohorovicic, atau lebih sederhananya dikenal sebagai Moho.
Bagaimana Moho Ditemukan?

Diskontinuitas Mohorovicic ditemukan pada tahun 1909 oleh Andrija Mohorovicicic, seorang ahli kegempaan dari Kroasia. Dia menemukan bahwa cepat-rambat gelombang seismik bergantung pada densitas material yang dilaluinya. Dia menginterpretasikan terjadi perubahan kecepatan dari gelombang seismik seiring dengan perubahan komposisi material pembentuk bumi. Perubahan kecepatan tersebut tentu disebabkan oleh hadirnya material dengan densitas yang lebih tinggi pada kedalaman perut bumi. Semakin tinggi densitas suatu material, semakin cepat pula gelombang seismik merambat melaluinya.

Material pembentuk bumi yang densitasnya lebih rendah, yang berada pada lapisan terluar, kemudian dikenal sebagai Kerak Bumi. Sedangkan material di bawahnya yang mempunyai densitas lebih tinggi dikenal sebagai Mantel Bumi. Melalui perhitungan densitas yang teliti, Mohorovicicic menyimpulkan bahwa Kerak Samudera Basaltik dan Kerak Benua Granitik ditopang oleh material yang serupa dengan batuan kaya-olivin, seperti Peridotite.

Seberapa Dalamkah Moho Itu?

Seperti dijelaskan sebelumnya, kedalaman Moho di bawah Kerak Samudera adalah sekitar 8 kilometer. Sedangkan di bawah Kerak Benua sekitar 32 kilometer. Mohorovicicic kemudian menggunakan penemuannya tersebut untuk mempelajari variasi ketebalan daripada Kerak Bumi. Dia menemukan bahwa Kerak Samudera relatif memiliki ketebalan yang seragam, sedangkan Kerak Benua memiliki ketebalan yang bervariasi, lebih tebal pada sabuk pegunungan dan menipis pada dataran.

Peta di bawah menggambarkan kontur ketebalan dari Kerak Bumi. Perhatikan pada bagian kontur yang lebih tebal (warna merah dan coklat gelap), menunjukkan jajaran pegunungan yang terkenal di dunia, seperti Pegunungan Andes (Amerika Selatan bagian barat), Pegunungan Rocky (Amerika Utara bagian barat), Pegunungan Himalaya (Asia Tengah, India sebelah utara) dan Pegunungan Ural (utara-selatan antara Eropa dan Asia).

Apakah Ada Orang Yang Pernah Melihat Moho?

Belum ada yang dapat menembus cukup dalam ke perut bumi untuk melihat Moho. Dan belum pernah ada sumur pengeboran yang yang sampai pada kedalaman Moho. Melakukan pengeboran sampai kedalaman Moho tentu sangat mahal dan beresiko tinggi, karena temperatur dan tekanan yang ekstrim pada kedalaman tersebut. Pengeboran terdalam yang pernah dilakukan berlokasi di Tanjung Kola, Uni Soviet. Kedalamannya sekitar 12 kilometer. Pengeboran Moho pada Kerak Samudera juga tidak pernah berhasil.

Ada beberapa lokasi langka dimana material dari mantel bumi tersingkap ke permukaan melalui proses tektonik. Pada lokasi ini, dapat dijumpai batuan penyusun lapisan batas kerak dan mantel bumi. Salah satu foto dari lokasi ini seperti yang ditampilkan di bawah ini.
Ophiolite berumur Ordovisian di Taman Nasional Morne, Newfoundland. Batuan penyusun mantel bumi tersingkap ke permukaan. (GNU Free Documentation License Image).

-------------------------------------------------------------------------
Diterjemahkan dari geology.com dengan beberapa penyesuaian

No comments:

Post a Comment